![Wiro Sableng #18 : Pendekar Pedang Akhirat Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1](http://www.nomor1.com/img/cover/9.jpg)
WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode : DI NEGERI TIONGKOK/CHINA
Mungkin ini adalah malam yang paling mengerikan bagi Wiro Sableng selama dia menginjakkan kaki dalam rimba persilatan Tiongkok. Segala sesuatunya gelap, hitam memekat. Hujan turun dengan lebat, angin bertiup dingin mengeluarkan suara aneh tiada hentinya. Sekali-sekali guntur menggeledek dan di kejauhan terkadang terdengar suara lolongan liar serigala hutan.
Dalam keadaan basah kuyup Wiro berusaha mencari perlindungan. Saat itu dia berada di lereng sebuah bukit gundul, sekitar 100 lie dari tembok besar.
"Hujan gila!" memaki Wiro. Dia lari terus. Dalam kepekatan itu di kejauhan dilihatnya satu bayangan hitam sebuah bangunan. Dia tak dapat memastikan bangunan apa adanya itu, namun Wiro segera menuju ke sana. Sesaat kemudian, bila dia sampai ke tempat tersebut ternyata klenteng yang sudah tidak terpakai lagi, Wiro mendekam di bawah atap klenteng yang miring.
Hawa dingin baginya bukan apa-apa tetapi perut yang ko
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #18 : Pendekar Pedang Akhirat Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
![Wiro Sableng #87 : Muslihat Para Iblis Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1](http://www.nomor1.com/img/cover/7.jpg)
WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode : WASIAT IBLIS
BAB I
WALAU saat itu masih sangat pagi dan sang surya belum muncul namun Lawunggeni merasa batu di atas mana dia duduk bersila tak ubahnya seperti bara. Untuk beberapa lamanya orang tua ini memandang dengan mata mendelik tak berkesip pada lelaki separuh baya yang duduk di depannya. Keadaan Lawunggeni baik pakaian maupun tubuhnya sungguh mengenaskan. Dulu pakaian yang dikenakannya adalah pakaian bagus terbuat dari bahan mahal. Kini pakaian itu hanya tinggal potongan-potongan kain compang-camping, kotor dan bau. Kulit muka dan tubuhnya hitam melepuh padahal dulu dia memiliki kulit kuning bersih. Keganasan laut telah merubah orang tua ini seperti jerangkong hidup. Orang yang dipandang bersikap tenang. Balas memandang seolah tanpa rasa. Hal ini membuat Lawunggeni menjadi geram. Pelipisnya bergerak-gerak dan rahangnya menggembung tanda dia berusaha menahan amarah.
"Pangeran Soma!" tegur Lawunggeni. Suaranya perlahan tapi tajam mendesis.
"Harap kau mau memakai pikiran dan perasaan. Hampir enam bulan aku mengarungi laut selatan untuk mencarimu. Kulitku melepuh hangus, pakaian di badan hancur luluh, kulitku hitam terbakar sengatan matahari
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #87 : Muslihat Para Iblis Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1